Jumat, 12 Oktober 2012

Learning by moving

Acapkali sebuah pembelajaran ditandai dengan pergerakan sebagai tanda terjadinya sebuah proses. Learning by moving, dengannya kita belajar sambil bergerak. Menggerakkan diri dari yang semula tak berarti menjadi berarti, dari yang semula tak berisi menjadi berisi, dari yang semula tak berbentuk menjadi berbentuk. Bergerak berarti juga memposisikan diri sebagai pelaku yang sadar dengan segala ketertinggalannya sehingga selalu melaju dan melaju untuk mengejar dan mengisi segala ketertinggalan tersebut. Maka "diam" dengan segala kekurangan, ketertinggalan, bukanlah sebuah "gerak", melainkan sebuah penolakan yang tanpa disadari seringkali hanya berdasar pada kenyamanan budaya "tertinggal" atau dalam bahasa Jawa kaprahnya "ngene wae podo wae". Jika demikian adanya, sebuah konsep Learning by moving tidaklah berlaku, yang artinya tidak akan terjadi sebuah proses pembelajaran dikarenakan ke-alpaan sebuah pergerakan perubahan, baik olah pikir, olah rasa, dan olah jiwa. 

Belajar sambil bergerak atau bergerak sambil belajar tentu akan menimbulkan resiko. Sebuah "gerak" pada sekumpulan yang stagnant (baca: mandek, macet) akan menjadi sebuah hal yang sangat aneh bahkan langka, dikarenakan banyaknya kemandekan-kemadekan yang sudah membiasa. Pelaku (baca: yang bergerak) tentunya menjadi ujung di setiap mata yang menatap bahkan ujung di setiap lidah yang mengucap, yang mungkin bisa bernilai menarik atau bahkan mengusik. Inilah keindahan sebuah "gerak", yang selalu mempertontonkan perubahan-perubahan pada setiap yang teramati. Laiknya sebuah tarian, "gerak" menjadi inti dari nilai estetika sebuah pagelaran kehidupan. 

Belajar sambil bergerak, bergerak sambil belajar adalah sebuah estetika pembelajaran dalam sebuah proses pendidikan (pendidikan pikir, pendidikan rasa, dan pendidikan jiwa). Salam Olahraga!!!